Tanjungpinang, Hari Jum’at Tanggal 13 September 1996
Konon ada sebuah cerita pada Tahun 1993 bahwa ada seorang lelaki tua yang tidak memiliki keluarga tinggal di sebuah Kebun di dalam hutan di wilayah Tanjungpinang semenjak tahun 1985, ia menjaga hutan itu dengan baik, karena pemilik tanah (Orang Keturunan China Malaysia-Red) telah mengizinkan ia untuk membangun rumah liar (seperti gubug) dilahannya dengan syarat si lelaki tua ini mau membantu menjaga Kebunnya, lelaki ini pun sering terihat oleh beberapa penduduk sekitar berkeliaran disekitar hutan untuk mengambil beberapa dedaunan dan memancing di Sungai yang tidak jauh dari lokasi, penduduk sekitar memberi lelaki ini nama dengan panggilan “Mbah” karena tidak ada satupun yang tau nama aslinya, tanah kebun itupun berbatasan dengan kebunnya Paman (nama dirahasiakan-Red)
Pada tahun 1993 bapak tua itu pun telah ditemukan meninggal dunia di gubugnya yang ditemukan 3 hari kemudian dalam keadaan yang telah membusuk, warga curiga karena dalam beberapa hari belakangan tidak pernah terlihat lagi dia mencari Ikan di Sungai dan di sekitaran perbatasan Kebun. Menurut penjaga kebun di tanah Paman yang kami panggil “Pakde”, Mayat ditemukan dalam keadaan telentang dengan kepala mendongak dan mulut tebuka, saat ditemukan pertama kali dalam keadaan penuh dengan binatang seperti Tikus, Kecoa dan Lipan, setelah dibersihkan dan dimandikan, Jenazah pun dimakamkan secara Muslim oleh penduduk sekitar di pemakaman yang tidak jauh dari lokasi perkebunan dengan Nisan yang bertulisan “Mbah”.
Pada tahun itu juga, beredarlah sebuah cerita bahwa penduduk setempat yang sering menjumpai sosok disekitar perbatasan kebun pada malam setelah magrib (remang-remang) yang memiliki ciri-ciri dan jalan seperti layaknya si Mbah. Dan sering terjadi penampakan sosok membersihkan halaman sekitar gubug Mbah dengan Sapu-Lidi yang kadang warga hanya mendengar suaranya saja, karena saat ingin ke Kampung Sebrang (Warga menamai kampung tetangga dengan nama Kampung Sebrang) pada malam hari mereka harus melewati jalan setapak diantara kebun Paman dengan kebunnya Mbah. Bagi warga yang berani ia akan mengarahkan senternya ke gubug Mbah, dan menurut pengakuan mereka memang tampak ada bayangan orang yang sedang menyapu. Dan akhirnya cerita itupun berlangsung hingga tahun ini (1996-Red).
(Catatan dibawah ini waktunya belum real-time karena belum ada niat mencatat, jadi masih sekitaran Jam yang tercatat dibuku-Red)
14:00 – dalam perjalanan menuju kebun Paman untuk Kemping sama bang Zul dan temannya bang Man (bang Zul dan temannya baru tamat SMA dan Kuliah di IPB- Bogor beda umur 3 Tahun-Red), ikut juga 3 orang sepupu sebayaku Ikhsan, Amri dan Hafid.
15.30 – Nyampe Kebun, segera turunkan barang dan nyari kayu bakar.
16.00 – Pergi ke Sungai ber-4 nyari Ikan Laga (Cupang-Red)
18.15 – Sholat Magrib bersama
19.00 – Makan Malam dan Ngobrol bersama Pakde penjaga Kebun, Bang Zul dan Bang Man sibuk dengan obrolan mereka berdua mengenai ternak ayam.
21.00 – Pakde mulai menceritakan mengenai “Mbah” dan ke angkeran Gubug Mbah yang sering dicerita-ceritakan warga setempat.
Aku bertanya: “Pakde udah pernah ketemu Mbah?”
Dia bilang “Sering” dengan ekspresi yang menurutku lumayan meyakinkan, tak lama Bang Zul dan Bang Man pun tertarik untuk ikut mendengarkan Pakde bercerita, aku pun segera mengambil buku Catatan Sang Revolusioner (Harap Maklum gan dulu ane penggemar Che Guevara, tapi apa mau dikata didalam catatan tertulisnya demikian-Red) dan segera mencatat-catat kecil cerita Pakde, Bang Zul yang melihat aku mengeluarkan catatan pun bertanya, setelah kujelaskan ini catatan apa, dia pun tertawa mencibir dan mengolok-olokku “Macam betul aje budak ni, nanti dah jumpe betol, tekejot Banting!” (Kayak bener aja ni Bocah, nanti klo udah ketemu terkejut yang luar biasa-Red)
(Catatan berikut sudah real-time karena dalam perdebatan aku sambil melihat-lihat jam tangan dan sambil menunduk mecorat-coret kecil buku Catatan, Dibuku ditandai dengan tanda @ dijam yang mengartikan sudah real-time-Red)
@21.35 – Ucapan Bang Zul aku balas dengan, “Yah Bang, klo jumpa masak abg takut?kayak gak punya Tuhan aje abg ni...!”
Dia pun membalas, “Jangan cabul mulut tu, sembarang cakap jumpe betol nanti, dah jumpe tekenceng” (Jangan sembarangan mulut tu, sembarangan ngomong ketemu betulan, dah ketemu tekencing-Red) ucapnya sambil senyum kecil.
Aku pun berkata, “Gini ajalah bang, kita gantian yok ke sana (Gubug Mbah) nanti aku pergi 2 atau 3 jam abis itu gantian...”
Dia jawab: “Degel Budak ni e, nak tau abg seberani apa! Gih la pergi dulu, biar abg tunggu, jadi nanti pas abg tak usah ditunggu...” (Bandel anak ni ya, pengen tau seberani apa! Pergi lah dulu, biar abg tunggu, jadi nanti pas abg gak usah ditungguin-Red)
Catatan: Bukan mau tunjuk berani bang, tapi nak buktikan bahwa sebenarnya Jin itu takut sama manusia karena manusia lebih sempurna.
Setelah berdebat bagaimana cara membuktikan bahwa kami memang benar berada didalam gubug Mbah, akhirnya diambil keputusan untuk membawa kertas dengan tulisan tangan sendiri dan meletakkannya di Gubug Mbah sehingga besok pagi di cek kebenarannya bersama-sama.
22:45 – Aku siap bergerak ke Gubug setelah ditunjukan arahnya oleh Pakde, aku membawa lampu senter dengan cahaya berwarna putih, oke bergerak...
22:57 – Berhenti diperbatasan jalan menulis catatan ini. sedikit merinding tapi berusaha kendalikan diri dan kembali berjalan...
23:07 – Berhenti menulis catatan ini. Gubug sudah terlihat dan jarak sekitar 15 Meter, tidak ada penerangan lain kecuali lampu senter. Banyak pohon besar dalam perjalanan, tapi disekitar gubug pohon besar berjarak sekitar 10 M.
23:10 – Setelah mengitari rumah melihat situasi akhirnya aku masuk dengan mengucapkan salam.
Catatan: Luas dalam sekitar 3x3 M, ada 1 tempat tidur dan 1 Meja yang terbuat dari kayu papan, ada 1 kursi terletak dipojokan kamar, tapi kursi sudah aku pindahkan ke dekat Meja karena letaknya terlalu jauh dan bisa membuat pikiran yang nggak-nggak, ada 1 jendela yang sudah rusak disebelah pintu dan lantai masih tanah padat, tidak ada kamar mandi, karena kamar mandi ada diluar (jamban) jaraknya sekitar 20 Meter dari Gubug, Bau ruangan agak aneh, seperti bau nasi basi, aku duduk di tempat tidur sambil bersila menghadap ke pintu dan senter kuletakkan disebelah agar aku bisa menulis catatan ini.
23.17 – Banyak nyamuk hilir-mudik, tapi untung udah pake Autan, ada suara jangkrik sepertinya dibawah tempat tidur.
23.30 – tidak ada yang aneh, hanya saja agak suntuk, iseng-iseng menggambar di buku...
23.45 – Angin menggoyangkan pintu, dan masuk kedalam ruangan terasa dingin dan membuat merinding. Beranikan diri dengan mengingat sebuah kata-kata di catatan berikut:
Catatan: Allah SWT telah berkata di dalam Al-Quran, bahwa manusia lebih sempurna dibandingkan Malaikat dan Jin, jadi Allah SWT gak mungkin berbohong, sempurna ya sempurna, pasti lebih unggul melawan yang tidak sempurna!Aku adalah penguasa di alamku jangan macam-macam kalian (Jin) klo kalian sedang membaca catatanku ini lebih baik berfikir ulang utk menggangguku...!
00.00 – Sugesti tengah malam muncul kembali!
00.15 – [!] Kayak ada suara langkah orang mendekat...! Positif thinking!ini pasti Pakde mau ngecek! Karena langkahnya menyeret seperti jalan orang yang sudah tua, atau mungkin bang Zul.
Catatan: Aku konsentrasi mendengarkan, dan memang betul itu langkah orang, tapi berhenti disekitaran pondok, pasti orang-orang itu yang sekarang lagi ngintip dari luar gubug untuk mengecek keberadaanku! Biarin aja...!
00.23 – [!] Barusan ada yang melempar batu keatas atap Gubug!Aku kaget dan spontan keluar ruangan dan berteriak “Sportif la bang!!” sambil aku menyenter jalan kearah aku datang! Tapi tidak ada satupun orang! Aku tunggu sekitar 2 Menit sambil nyeter terus, tetap gak ada orang!
Catatan: tidak ada pohon di sekitar gubug yang memungkinkan itu adalah sebuah objek yang jatuh dari pohon, aku baru terfikir, kalo memang itu orang yang lempar, kenapa gak ada langkah dia lari...!
00.29 – [!] Pas memutar kembali mau masuk ke gubug aku tak sengaja terlihat Sapu-Lidi dengan gagang kayu tergeletak jarak sekitar 5 meter dari gubug dan sekitar lebih dari 5 meter dariku, aku mendekati sapu itu dan memperhatikan bentuknya, tapi tidak menyentuhnya sama sekali, selanjutnya aku kembali masuk ke gubug dan menulis catatan kejadian ini. BERSAMBUNG Ke Bagian ke-2
Konon ada sebuah cerita pada Tahun 1993 bahwa ada seorang lelaki tua yang tidak memiliki keluarga tinggal di sebuah Kebun di dalam hutan di wilayah Tanjungpinang semenjak tahun 1985, ia menjaga hutan itu dengan baik, karena pemilik tanah (Orang Keturunan China Malaysia-Red) telah mengizinkan ia untuk membangun rumah liar (seperti gubug) dilahannya dengan syarat si lelaki tua ini mau membantu menjaga Kebunnya, lelaki ini pun sering terihat oleh beberapa penduduk sekitar berkeliaran disekitar hutan untuk mengambil beberapa dedaunan dan memancing di Sungai yang tidak jauh dari lokasi, penduduk sekitar memberi lelaki ini nama dengan panggilan “Mbah” karena tidak ada satupun yang tau nama aslinya, tanah kebun itupun berbatasan dengan kebunnya Paman (nama dirahasiakan-Red)
Pada tahun 1993 bapak tua itu pun telah ditemukan meninggal dunia di gubugnya yang ditemukan 3 hari kemudian dalam keadaan yang telah membusuk, warga curiga karena dalam beberapa hari belakangan tidak pernah terlihat lagi dia mencari Ikan di Sungai dan di sekitaran perbatasan Kebun. Menurut penjaga kebun di tanah Paman yang kami panggil “Pakde”, Mayat ditemukan dalam keadaan telentang dengan kepala mendongak dan mulut tebuka, saat ditemukan pertama kali dalam keadaan penuh dengan binatang seperti Tikus, Kecoa dan Lipan, setelah dibersihkan dan dimandikan, Jenazah pun dimakamkan secara Muslim oleh penduduk sekitar di pemakaman yang tidak jauh dari lokasi perkebunan dengan Nisan yang bertulisan “Mbah”.
Pada tahun itu juga, beredarlah sebuah cerita bahwa penduduk setempat yang sering menjumpai sosok disekitar perbatasan kebun pada malam setelah magrib (remang-remang) yang memiliki ciri-ciri dan jalan seperti layaknya si Mbah. Dan sering terjadi penampakan sosok membersihkan halaman sekitar gubug Mbah dengan Sapu-Lidi yang kadang warga hanya mendengar suaranya saja, karena saat ingin ke Kampung Sebrang (Warga menamai kampung tetangga dengan nama Kampung Sebrang) pada malam hari mereka harus melewati jalan setapak diantara kebun Paman dengan kebunnya Mbah. Bagi warga yang berani ia akan mengarahkan senternya ke gubug Mbah, dan menurut pengakuan mereka memang tampak ada bayangan orang yang sedang menyapu. Dan akhirnya cerita itupun berlangsung hingga tahun ini (1996-Red).
(Catatan dibawah ini waktunya belum real-time karena belum ada niat mencatat, jadi masih sekitaran Jam yang tercatat dibuku-Red)
14:00 – dalam perjalanan menuju kebun Paman untuk Kemping sama bang Zul dan temannya bang Man (bang Zul dan temannya baru tamat SMA dan Kuliah di IPB- Bogor beda umur 3 Tahun-Red), ikut juga 3 orang sepupu sebayaku Ikhsan, Amri dan Hafid.
15.30 – Nyampe Kebun, segera turunkan barang dan nyari kayu bakar.
16.00 – Pergi ke Sungai ber-4 nyari Ikan Laga (Cupang-Red)
18.15 – Sholat Magrib bersama
19.00 – Makan Malam dan Ngobrol bersama Pakde penjaga Kebun, Bang Zul dan Bang Man sibuk dengan obrolan mereka berdua mengenai ternak ayam.
21.00 – Pakde mulai menceritakan mengenai “Mbah” dan ke angkeran Gubug Mbah yang sering dicerita-ceritakan warga setempat.
Aku bertanya: “Pakde udah pernah ketemu Mbah?”
Dia bilang “Sering” dengan ekspresi yang menurutku lumayan meyakinkan, tak lama Bang Zul dan Bang Man pun tertarik untuk ikut mendengarkan Pakde bercerita, aku pun segera mengambil buku Catatan Sang Revolusioner (Harap Maklum gan dulu ane penggemar Che Guevara, tapi apa mau dikata didalam catatan tertulisnya demikian-Red) dan segera mencatat-catat kecil cerita Pakde, Bang Zul yang melihat aku mengeluarkan catatan pun bertanya, setelah kujelaskan ini catatan apa, dia pun tertawa mencibir dan mengolok-olokku “Macam betul aje budak ni, nanti dah jumpe betol, tekejot Banting!” (Kayak bener aja ni Bocah, nanti klo udah ketemu terkejut yang luar biasa-Red)
(Catatan berikut sudah real-time karena dalam perdebatan aku sambil melihat-lihat jam tangan dan sambil menunduk mecorat-coret kecil buku Catatan, Dibuku ditandai dengan tanda @ dijam yang mengartikan sudah real-time-Red)
@21.35 – Ucapan Bang Zul aku balas dengan, “Yah Bang, klo jumpa masak abg takut?kayak gak punya Tuhan aje abg ni...!”
Dia pun membalas, “Jangan cabul mulut tu, sembarang cakap jumpe betol nanti, dah jumpe tekenceng” (Jangan sembarangan mulut tu, sembarangan ngomong ketemu betulan, dah ketemu tekencing-Red) ucapnya sambil senyum kecil.
Aku pun berkata, “Gini ajalah bang, kita gantian yok ke sana (Gubug Mbah) nanti aku pergi 2 atau 3 jam abis itu gantian...”
Dia jawab: “Degel Budak ni e, nak tau abg seberani apa! Gih la pergi dulu, biar abg tunggu, jadi nanti pas abg tak usah ditunggu...” (Bandel anak ni ya, pengen tau seberani apa! Pergi lah dulu, biar abg tunggu, jadi nanti pas abg gak usah ditungguin-Red)
Catatan: Bukan mau tunjuk berani bang, tapi nak buktikan bahwa sebenarnya Jin itu takut sama manusia karena manusia lebih sempurna.
Setelah berdebat bagaimana cara membuktikan bahwa kami memang benar berada didalam gubug Mbah, akhirnya diambil keputusan untuk membawa kertas dengan tulisan tangan sendiri dan meletakkannya di Gubug Mbah sehingga besok pagi di cek kebenarannya bersama-sama.
22:45 – Aku siap bergerak ke Gubug setelah ditunjukan arahnya oleh Pakde, aku membawa lampu senter dengan cahaya berwarna putih, oke bergerak...
22:57 – Berhenti diperbatasan jalan menulis catatan ini. sedikit merinding tapi berusaha kendalikan diri dan kembali berjalan...
23:07 – Berhenti menulis catatan ini. Gubug sudah terlihat dan jarak sekitar 15 Meter, tidak ada penerangan lain kecuali lampu senter. Banyak pohon besar dalam perjalanan, tapi disekitar gubug pohon besar berjarak sekitar 10 M.
23:10 – Setelah mengitari rumah melihat situasi akhirnya aku masuk dengan mengucapkan salam.
Catatan: Luas dalam sekitar 3x3 M, ada 1 tempat tidur dan 1 Meja yang terbuat dari kayu papan, ada 1 kursi terletak dipojokan kamar, tapi kursi sudah aku pindahkan ke dekat Meja karena letaknya terlalu jauh dan bisa membuat pikiran yang nggak-nggak, ada 1 jendela yang sudah rusak disebelah pintu dan lantai masih tanah padat, tidak ada kamar mandi, karena kamar mandi ada diluar (jamban) jaraknya sekitar 20 Meter dari Gubug, Bau ruangan agak aneh, seperti bau nasi basi, aku duduk di tempat tidur sambil bersila menghadap ke pintu dan senter kuletakkan disebelah agar aku bisa menulis catatan ini.
23.17 – Banyak nyamuk hilir-mudik, tapi untung udah pake Autan, ada suara jangkrik sepertinya dibawah tempat tidur.
23.30 – tidak ada yang aneh, hanya saja agak suntuk, iseng-iseng menggambar di buku...
23.45 – Angin menggoyangkan pintu, dan masuk kedalam ruangan terasa dingin dan membuat merinding. Beranikan diri dengan mengingat sebuah kata-kata di catatan berikut:
Catatan: Allah SWT telah berkata di dalam Al-Quran, bahwa manusia lebih sempurna dibandingkan Malaikat dan Jin, jadi Allah SWT gak mungkin berbohong, sempurna ya sempurna, pasti lebih unggul melawan yang tidak sempurna!Aku adalah penguasa di alamku jangan macam-macam kalian (Jin) klo kalian sedang membaca catatanku ini lebih baik berfikir ulang utk menggangguku...!
00.00 – Sugesti tengah malam muncul kembali!
00.15 – [!] Kayak ada suara langkah orang mendekat...! Positif thinking!ini pasti Pakde mau ngecek! Karena langkahnya menyeret seperti jalan orang yang sudah tua, atau mungkin bang Zul.
Catatan: Aku konsentrasi mendengarkan, dan memang betul itu langkah orang, tapi berhenti disekitaran pondok, pasti orang-orang itu yang sekarang lagi ngintip dari luar gubug untuk mengecek keberadaanku! Biarin aja...!
00.23 – [!] Barusan ada yang melempar batu keatas atap Gubug!Aku kaget dan spontan keluar ruangan dan berteriak “Sportif la bang!!” sambil aku menyenter jalan kearah aku datang! Tapi tidak ada satupun orang! Aku tunggu sekitar 2 Menit sambil nyeter terus, tetap gak ada orang!
Catatan: tidak ada pohon di sekitar gubug yang memungkinkan itu adalah sebuah objek yang jatuh dari pohon, aku baru terfikir, kalo memang itu orang yang lempar, kenapa gak ada langkah dia lari...!
00.29 – [!] Pas memutar kembali mau masuk ke gubug aku tak sengaja terlihat Sapu-Lidi dengan gagang kayu tergeletak jarak sekitar 5 meter dari gubug dan sekitar lebih dari 5 meter dariku, aku mendekati sapu itu dan memperhatikan bentuknya, tapi tidak menyentuhnya sama sekali, selanjutnya aku kembali masuk ke gubug dan menulis catatan kejadian ini. BERSAMBUNG Ke Bagian ke-2
0 komentar:
Posting Komentar